Sabtu, 21 Mei 2016

Tata Ibadah HKBP Cengkareng, 22 Mei 2016


Renungan Minggu TRINITATIS, 22 Mei 2016


ROH ALLAH PENUNTUN KEPADA KEBENARAN
(Yohanes 16 : 12 - 15)
       Kita akan memasuki minggu-minggu Trinitatis yaitu kemuliaan Allah yang Esa yang dinyatakan sebagai Bapa, Anak dan Roh kudus (Tritunggal) Bila berbicara mengenai Trinitatis , maka tidak dapat kita punggkiri bahwa pengenalan orang kristen mengenai Allah Tritunggak telah dipergunakan oelh orang-orang yang bukan kristen sebagai alat mempertanyakan dan menyangkal orang-orang kristen sebagai agama yang tidak menyakini Allah yang Esa. Namun Hal itu sah –sah saja dan bukan sesuatu yang harus perlu ditanggapi secara serius karena memang itulah kenyataan pandangan jika hanya melihat dari luar, kebenaran Firman Tuhan hanya bisa dimengerti jika kita masuk kedalamnya. Dan bila kita membicarakan Trinitatis, kita harus menyadari bahwa yang kita bicarakan adalah tentang Allah.  Bukan hal membicarakan tentang matematika atau filsafat. Dan, kita tahu bahwa Allah bukanlah sesuatu yang dapat diselidiki, diuraikan, dirumuskan dengan kemampuan otak manusia. Allah tidak bisa dijadikan objek penelitian seperti benda, orang atau pengetahuan lain. Orang behikmat berkata: BIla ingin memahami sesuatu maka kita harus memiliki kemampuan melebihi sesuatu tersebut, sehingga kita bisa menangkap dan mengusainya.
           Dalam nas bacaan ini menyatakan bahwa penerimaan akan Yesus Kristus sebagai Tuahn akan menghantarkan kita pada kondisi hidup yang dipimpin oleh Roh Kebenaran dan Roh itulah yang memimpin kita memasuki kebenaran Firman Allah. Disini kita tidak membahas bagaimana itu Tritunggal namu lebih menekankan dari pengakuan iman kita akan Allah Tritunggal dalam hidup kita. Mungkin sudah banyak gambaran-gambaran mengenai Trinitatis yang disampaikan kepada kita untuk memudahkan mengenal Trinitatis, misalnya “matahari” (wujud, panas sinar) ataupun “telur” (kulit, putih telur kuning telur) dan banyak lagi ilustrasi dan pahaman yang dapat menuntun kita dapat memahami Allah Tritunggal yang pada prinsipnya kita percaya dan yakin bahwa Allah adalah Esa yang menyatakan diri dalam tiga penyataan yaiut bapa yang menciptakan dan memelihara kehidupan kita; Anak sebagai yang menyelamatkan manusia dari dosa dan Roh Kudus yang hidup dan hadir di tengah-tengah umatnya. Kita mempercayai Allah yang hidup dan berkarya dalam kehidupan ini dari dahulu, sekarang dan akan datang. Jika kita memperhatikan nasbacaan kita, ada tiga kalimat yang menarik; pertama: Masih banyak hal yang harus Ku-katakan kepadamu, kedua: Memimpin kamu kedalam seluruh kebenaran, ketiga: Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Allah masih dan akan terus bekerja dalam kehidupan kita untuk menyatakan rahasia kebenaranNya. Sehingga sangat diperlukan kepekaan untuk dapat merasakan kehadiran Allah. Pernyataan Allah tidak akan pernah dibatasi oelh ruang dan waktu yang adalah milik Allah sepenuhnya. Iman kepercayaan kita akan tritunggal menghantarkan kita pada keyakinan akan pemeliharaan kehidupan, penyelamat dan memperbaharui hidup kita bahwa Allah tidak pernah diam dan tidur namun justru Allah terus bekerja senantiasa memperbaharui hidup kita sampai akhir hidup kita. Sepanjang kita memberitakan kebenaran Firman Tuhan dalam hidup kita maka akan semakin mematangkan imam kita memahami kuasaNya. Kita dapat memahami dan mengimani Allah tritunggal hanya melalui pengenalan dan pengalaman iman yang mendalamdan dewasa ditambah dengan penyerahan diri kepada Roh Kudus. Hanya dengan itu kita sebagai orang percaya telah mengalami, menyembah dan mempercayai Satu Allah yang menempatkan diri kepada kita dengan Tiga Cara Berada, yang tidak dapat dipisah-pisahkan namun harus dibedakan. Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Selamat Hari minggu Trinitatis Tuhan Yesus memberkati. Pdt. Tunas P. Sitanggang, STh

Minggu, 15 Mei 2016

Renungan Minggu PENTAKOSTA I

PIMPINAN ROH ALLAH SEBAGAI BUKTI ANAK-ANAK ALLAH
(Roma 8 : 14 - 17)

Selamat Pentakosta. Hari ini kita sudah memasuki minggu Pentakosta yaitu minggu turunnya Roh Kudus. Bila kita merayakan hari turunnya Roh kudus merupakan suatu suka-cita dan penghiburan bagi kita, dimana bila kita baca dalam yohanes 14, ketika Yesus mengatakan bahwa Dia akan meninggalkan murid-muridNya dan naik ke sorga, perasaan murid-muridNya sangat sedih, kawatir dan bimbang, karena akan berpisah yang membuat hati mereka berduka. Bisa kita bayangkan, bagaimana rasanya jika kita berpisah dengan seseorang yang amat kita cintai atau yang menjadi andalan bagi hidup kita, tetapi Yesus tidak mau meninggalkan mereka berduka, Yesus akan menjanjikan datangnya Roh kudus untuk menghibur, seperti dalam Yohanes 14:26 disebut “ Tetapi penghibur yaitu Roh kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua, yang telah kukatakan kepadamu”. Disini Yesus tidak begitu saja meninggalkan murid-murid yang dikasihiNya, tetapi Yesus mengutus Roh Kudus untuk: Menghibur, menolong, menguatkan, memberi kuasa bagi mereka untuk dapat melaksanakan tugas misi memberitakan Injil kedunia ini. Dalam Firman ini, dijelaskan bahwa peranan Roh Kudus sangat besar dalam kehidupan kita, dimana melalui kuasa Roh Kudus inilah kita diangkat dan diyakinkan bahwa kita adalah: Anak Allah. Sebagaimana dalam Ayat 14-15 yaitu: “Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kau telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah, oleh karena itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa”.
               Dari sini jelas dengan kuasa Roh Kudus inilah yang bisa membuat kita percaya kepada Yesus dan setelah percaya, kita boleh menerima status yang baru yaitu diadopsi (diangkat) menjadi anak Allah. Bagaimana proses menjadi anak Allah? Paulus menjelaskan menjadi anak Allah ini dari sudut Hukum (Romawi), tentang adopsi (pengangkatan anak), disana berlaku ketentuan kekuasaan mutlak seorang bapa atas keluarganya.

Sabtu, 07 Mei 2016

Renungan Minggu Exaudi dan Tata Ibadah,08 Mei 2016



Renungan Minggu EXAUDI

AJAKAN MEMULIAKAN ALLAH SANG RAJA
(Mazmur 97 : 1 - 12)

Selamat bersua kembali dalam minggu Exaudi saat ini, mengajak kita dalam rasa syukur dan terima kasih untuk meyaksikan seruan pengenalan kita akan kedaulatan Allah sambil memohonkan kasihNya untuk melindungi perjalanan kehidupan kita, sebagaimana pemazmur saat ini kita juga memohonkan: Dengarlah seruanku, ya Allah. Itulah yang akan kita rasakan dalam minggu ini, setiap orang yang mengapiri Allah, menyertakan permohonannya, dalam kasihNya Ia mendengar doa permohonanku.
Perasaan sejuk dan tenang terhimati dalam bingkai perlindungannya, dan hati yang bersyukur tidak akan jemu-jemu mengagungkan kasih dan peyertaanNya. Pemazmur bersorak dalam nas ini, begitu girangnya mempersaksikan kuasa dan kebesaran Tuhan bahkan dia katakan bumi bersorak, pulau-pulau bersukaria. Pengenakan akan keberadaan Allah yang agung, yang seolah mulut manusia tidak sempurna mengakungan pujian akan kebesaranNya memuncukan iman yang mempersonifikasikan, kalau segenap alam dan semua bunyi-bunyian yang ada didalamnya ada lantunan yang harmoni untuk pujian akan kebesaran Allah yang adalah sang Raja.
Didalam pemerintahan kerajaan Allah, Kristus duduk di atas tahta sebagai Raja. bagi umat yang percaya dan setia, Dia pembawa sukacita besar, tetapi bagi mereka yang menyelewengkan kekuasaan, menidas rakyat, bahkan cenderung tidak mau mengakui kewibawaan Tuhan sebagai Raja, kedatanNya merupakan suatu kengerian dan mereka akan dipermalukan. Syair Issac Watts dalam kidung natal sungguh menggambarkan hal itu: ”Hai dunia gembiralah dan sambut Rajamu..” “Hai dunia elukanlah Rajamu penebus, ... Dialah Raja semesta, benar dan mulia” (Kj. 199).
Sebagai pengikut Kristus, kita harus mengikut jalan yang ditempuh Yesus. Artinya, mencotoh dan meneladani kehidupan Kristus dalam segala hal, sebagaimana yang dikatakan Yohanes: “Barang siapa mengatakan bahwa Ia ada di dalam Dia, ia wajib sama seperti kristus telah hidup (1Yohanes 2:6.) Inilah yang disebut Kristen sejati, Kristen yang menempatkan Tuhan sebagai Raja di dalam hidupnya. Ada banyak orang mengaku sebagai kristen atau pengikut Kristus tetapi dalam kehidupannya sehari-hari sama sekali tidak mencerminkan nilai kekristenan, masih kompromi dengan dosa, hidup sama seperti orang yang tidak mengenal Tuhan, dan “lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbutan-perbuatan mereka jahat” (Yohanes 3:19). Hal ini menunjukan kalau kita belumlah menjadi pengikut Kristus yang sejati. Jauh dari hakekat menghidupi Injil yang sebenarnya.

                Di Minggu Exaudi saat ini, kita diajak untuk memuliahkan Tuhan sebagai Raja. Sebagai orang yang telah merasakan kasih Tuhan, tanpa ragu kita harus berani mengatakan, bahwa Allah sebagai Raja yang berkuasa dalam kehidupan kita, yang memampukan kita untuk berjalan di jalanNya. Berexaudi berarti setia dan penuh suka cita mengagungkan dan merasakan keperkasaanNya. Amin. Pdt. Bengsil